Bagi generasi muda sekarang, mungkin tidak mengetahui apanya tentang
Budi, Ibu Budi, dan Bapak Budi. Tokoh-tokoh itulah yang dulu masa sekolah
dasar (SD) era 1980-an dikenalkan oleh ibu Siti
Rahmani
Rauf ini. Maka tepat rasanya jika ia disebut sebagai Ibu Budi karena
jasanya pula yang membuat metode belajar membaca jadi lebih mudah
dipelajari, diserap dan diingat oleh hampir seluruh anak Indonesia.
Namun di tanggal 10 Mei lalu, ia telah pergi dari dunia fana ini
meninggalkan kita
semua, dan meninggalkan jasa-jasanya semoga bisa menjadi amal ibadah
baginya.
Membaca adalah salah satu hal penting dalam hidup wajib untuk dikuasai. Dengan bisa membaca (dan juga menulis), kehidupan seseorang tentunya akan lebih mudah untuk berkomunikasi dengan dunia sosialnya. Maka jika ada yang bilang buku adalah jendela dunia, membaca adalah kereta pengantar untuk berkelananya.
Ingatkah kamu bagaimana pertama kali belajar membaca? Suka atau tidak suka, "membaca" adalah tahapan belajar yang cukup sulit dilalui oleh anak-anak. Setiap anak yang belajar membaca di Indonesia tentu sangat familiar dengan metode belajar membaca 'Ini Ibu Budi'. Ya, sosok Siti Rahmani Rauf yang membuat metode belajar membaca jadi lebih mudah dipelajari, diserap dan diingat oleh hampir seluruh anak Indonesia.
Budi, Ibu Budi dan Bapak Budi menjadi tokoh ikonik anak-anak
Indonesia pada era 80-90an. Metode yang dibuat oleh Ibu Siti ini bahkan masih diingat
hingga 30 tahun berselang yaitu saat ini. Meski mungkin tak banyak pengajar dan
orang tua masa kini yang menggunakan buku dan alat peraga dari Siti ini, tetapi
tak bisa dipungkiri cara belajar membaca dengan struktur metode Analisa Sintesa
(SAS) ini telah berhasil membuat perubahan belajar pada banyak anak Indonesia.
Namun, kabar duka datang pada hari Selasa (10/5). Sosok Ibu Siti Rahmani Rauf yang berjasa bagi pendidikan Indonesia, berpulang keRahmatullah dengan tutup usia 97 tahun. Tapi sebenarnya ia semenjak tahun 2009 lalu, kondisi kesehatan Ibu Siti memang telah menurun.
Diceritakan oleh Karmeni (anak dari Ibu Siti), meski kondisinya
begitu terbatas, sang ibu masih begitu bersemangat untuk membaca. Dalam
keadaannya yang sakit, Ibu Siti masih suka membaca novel walaupun usianya sudah
senja.
Penulis sendiri masih percaya apa yang orang katakan tentang bagaimana sebuah karya akan dikenang. Sekalipun Ibu Siti telah meninggalkan kita semua, sumbangsihnya terhadap dunia pendidikan akan tetap terus ada. Tubuh seseorang boleh saja meninggalkan dunia ini, tetapi karya, perbuatan baik, inspirasi dan semangatnya akan tetap abadi dan diingat.
Terimakasih 'Ibu Budi' kami, Ibu Siti, semoga pelita dan semangatnya memajukan pendidikan Indonesia, menginspirasi generasi kami. (yma)
sumber : ceritadunia
0 Comment "Terimakasih 'Ibu Budi' Kami, Semoga Pelita Dan Semangatnya Memajukan Pendidikan Indonesia, Menginspirasi Generasi Kami"
Post a Comment