Rezeki adalah :
هُوَ كُلُّ مَا تَنْتَفِعُ بِهِ مِمَّا اَبَاحَهُ اللهُ لَكَ سَوَاءٌ كَانَ
مَلْبُوْسٌ اَوْ مَطْعُوْمٌ … حَتَّى الزَّوْجَة رِزْق، الاَوْلاَدُ وَ
البَنَاتُ رِزْقٌ وَ الصِّحَةُ وَ السَّمْعُ وَ العَقْلُ …الخ
“Segala sesuatu yang bermanfaat yang Allah halalkan untukmu, entah
berupa pakaian, makanan, sampai pada istri. Itu semua termasuk rezeki.
Begitu pula anak laki-laki atau anak peremupuan termasuk rezeki.
Termasuk pula dalam hal ini adalah kesehatan, pendengaran dan
penglihatan.”
Rezeki itu tidak terbatas pada harta dan makanan, rezeki Allah itu luas. Bisa jadi rezeki itu berupa teman yang sholih, Atau pikiran yang tenang dan rileks, Atau tidur yang nyenyak, Atau tempat bernaung yang membutmu tidak butuh pada orang lain dan terhina, Atau berupa pemandangan yang menyejukkan hati dan mengubah moodmu, Atau berupa seseorang yang mencintaimu dan bersabar atas segala kesalahanmu, Atau berupa kata-kata indah yang engkau baca, Atau berupa kasih sayang ibu dan ayah, Atau berupa pundak orang yang engkau cintai sebagai tempatmu menangis, Atau berupa kesempatan duduk bersama saudara-saudari yang membuatmu bisa menghapus kegalauan, Atau berupa rasa hormat dari orang-orang disekelilingmu, Atau berupa hadiah dari orang yang begitu berarti bagimu, Atau berupa kemampuanmu untuk melayani dirimu sendiri. Begitulah, Disetiap kondisi selalu ada rezeki Allah untuk kita.
Rezeki yang kita peroleh wajib dimanfaatkan untuk hal yang baik. Disebut dalam ayat,
وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ
“Dan menafkahkan (mengeluarkan) sebagian rezeki yang dinafkahkan untuk mereka.” (QS. Al-Baqarah: 3)
Jika rezeki berupa harta, maka wajib diperhatikan zakat dari harta tersebut atau mengeluarkannya untuk sedekah yang sunnah. Ada pula rezeki selain harta yang juga diperintahkan untuk dimanfaatkan
untuk hal-hal baik, seperti rezeki berupa akal, pendengaran dan
penglihatan.
Adapun pemanfaatan rezeki dengan dua acara:
1- Rezeki atau nikmat dimanfaatkan untuk melakukan ketaatan pada Allah.
2- Rezeki tersebut dimanfaatkan untuk memberi manfaat pada kaum muslimin yang lain.
Ibnu Hazm berkata,
كُلُّ نِعْمَةٍ لاَ تُقَرِّبُ مِنَ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ، فَهِيَ بَلِيَّةٌ
“Setiap nikmat yang tidak digunakan untuk mendekatkan diri pada Allah, itu hanyalah musibah.” (Jaami’ul Ulum wal Hikam, 2: 82)
Dari Ibnu ‘Umar, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَحَبُّ النَّاسِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ ,
وَأَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى سُرُورٌ تُدْخِلُهُ عَلَى
مُسْلِمٍ , أَوْ تَكَشِفُ عَنْهُ كُرْبَةً , أَوْ تَقْضِي عَنْهُ دَيْنًا ,
أَوْ تَطْرُدُ عَنْهُ جُوعًا
“Manusia yang paling dicintai oleh
Allah adalah yang paling memberikan manfaat bagi manusia. Adapun amalan
yang paling dicintai oleh Allah adalah membuat muslim yang lain bahagia,
mengangkat kesusahan dari orang lain, membayarkan utangnya atau
menghilangkan rasa laparnya.” (HR. Thabrani di dalam Al Mu’jam Al Kabir
no. 13280, 12: 453. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan
sebagaimana disebutkan dalam Shahih Al Jaami’ no. 176).
Dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ رُوْحَ القُدُسِ نَفَثَ فِي رَوْعِي إِنَّ نَفْسًا لاَ تَمُوْتَ
حَتَّى تَسْتَكْمِلَ رِزْقُهَا ، فَاتَّقُوْا اللهَ وَأَجْمِلُوْا فِي
الطَّلَبِ ، وَلاَ يَحْمِلَنَّكُمْ اِسْتَبْطَاءَ الرِّزْقُ أَنْ
تَطْلُبُوْهُ بِمَعَاصِي اللهَ ؛ فَإِنَّ اللهَ لاَ يُدْرِكُ مَا عِنْدَهُ
إِلاَّ بِطَاعَتِهِ
“Sesungguhnya ruh qudus (Jibril), telah
membisikkan ke dalam batinku bahwa setiap jiwa tidak akan mati sampai
sempurna ajalnya dan dia habiskan semua jatah rezekinya. Karena itu,
bertakwalah kepada Allah dan perbaguslah cara dalam mengais rezeki.
Jangan sampai tertundanya rezeki mendorong kalian untuk mencarinya
dengan cara bermaksiat kepada Allah. Karena rezeki di sisi Allah tidak
akan diperoleh kecuali dengan taat kepada-Nya.” (HR. Musnad Ibnu Abi
Syaibah 8: 129 dan Thabrani dalam Al-Mu’jam Al-Kabir 8: 166, hadits
shahih. Lihat Silsilah Al-Ahadits As-Shahihah no. 2866).
Dalam hadits disebutkan bahwa kita diperintah untuk mencari rezeki
dengan cara yang baik atau diperintahkan untuk “ajmilu fit tholab”. Apa
maksudnya? Janganlah berputus asa ketika belum mendapatkan rezeki yang halal sehingga menempuh cara dengan maksiat pada Allah. Jangan sampai kita berucap, “Rezeki yang halal, mengapa sulit sekali untuk datang?” Jangan sampai engkau mencelakakan dirimu untuk sekedar meraih rezeki. Dalam hadits di atas berarti diperintahkan untuk mencari rezeki yang
halal. Janganlah rezeki tadi dicari dengan cara bermaksiat atau dengan
menghalalkan segala cara. Kenapa ada yang menempuh cara
yang haram dalam mencari rezeki? Di antaranya karena sudah putus asa
dari rezeki Allah sebagaimana disebutkan dalam hadits di atas. Intinya karena tidak sabar. Seandainya mau bersabar mencari rezeki, tetap Allah beri karena jatah rezeki yang halal sudah ada.
Coba renungkan perkataan Ibnu ‘Abbas berikut ini. Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata,
ما من مؤمن ولا فاجر إلا وقد كتب الله تعالى له رزقه من الحلال فان صبر
حتى يأتيه آتاه الله تعالى وإن جزع فتناول شيئا من الحرام نقصه الله من
رزقه الحلال
“Seorang mukmin dan seorang fajir (yang gemar
maksiat) sudah ditetapkan rezeki baginya dari yang halal. Jika ia mau
bersabar hingga rezeki itu diberi, niscaya Allah akan memberinya. Namun jika ia tidak sabar lantas ia tempuh cara yang haram, niscaya
Allah akan mengurangi jatah rezeki halal untuknya.” (Hilyatul Auliya’,
1: 326).
Ada 4 cara Allah memberi rezeki kepada makhluk-Nya
1. REZEKI TINGKAT KE-1 (YANG DIJAMIN OLEH ALLAH)
"Tidak suatu binatangpun (termasuk manusia) yang bergerak di atas bumi
ini yang tidak dijamin oleh Allah rezekinya." (QS. 11: 6) Artinya Allah akan
memberikan kesehatan, makan, minum untuk seluruh makhluk hidup di dunia
ini. Ini adalah rezeki dasar yang terendah.
2. REZEKI TINGKAT KE-2
"Tidaklah manusia mendapat apa-apa kecuali apa yang telah dikerjakannya" (QS. 53: 39). Allah akan memberikan rezeki sesuai dengan apa yang dikerjakannya. Jika
ia bekerja dua jam, dapatlah hasil yang dua jam. Jika kerja lebih lama,
lebih rajin, lebih berilmu, lebih sungguh-sungguh, ia akan mendapat
lebih banyak. Tidak pandang dia itu muslim atau kafir.
3. REZEKI TINGKAT KE-3
“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah
(nikmat) kepadamu, jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya
azab-Ku sangat pedih." (QS. 14: 7). Inilah rezeki yang disayang
Allah. Orang-orang yang pandai bersyukur akan dapat merasakan kasih
sayang Allah & mendapat rezeki yang lebih banyak. Itulah Janji
Allah! Orang yang pandai bersyukurlah yang dapat hidup bahagia, sejahtera
& tentram. Usahanya akan sangat sukses, karena Allah tambahkan
selalu.
4. REZEKI KE-4 (UNTUK YANG BERIMAN DAN BERTAQWA)
"Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan
baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada
disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya
Allah akan mencukupkan (keperluan) nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan
urusan (yang dikehendaki) Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan
ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.”
(QS.Ath-Thalaq/65:2-3)
Peringkat rezeki yang ke empat ini adalah rezeki yang istimewa, tidak
semua orang bisa meraihnya. Orang istimewa ini (muttaqun) adalah orang
yang benar-benar dicintai & dipercaya oleh Allah untuk memakmurkan
atau mengatur kekayaan Allah di bumi ini
Semoga bermanfaat. Hanya Allah yang memberi kemudahan untuk meraih rezeki yang halal.
Referensi : Dikutip dari berbagai sumber
Referensi : Dikutip dari berbagai sumber
Trims msterinya
ReplyDelete