Bekal Menuju Masa Tua

“Kehidupan dunia dijadikan indah dalam pandangan orang-orang kafir, dan mereka memandang hina orang-orang yang beriman. Padahal orang-orang yang bertaqwa itu lebih mulia daripada mereka di hari kiamat. Dan Allah memberi rezkikepada orang-orang yang dikehendaki-Nya tanpa batas.” ~ Al-Baqarah – QS 2 : 212 ~


Apakah kemapanan dalam bentuk uang dan harta yang berlimpah akan menjamin kehidupan hari tua yang bahagia? Belum tentu! Namun yang pasti adalah bahwa Allah telah menjanjikan rizki tanpa batas kepada manusia asalkan kita benar-benar bertaqwa kepada-Nya.

Suatu hari Rasulullah saw. melihat setumpuk kurma di rumah Bilal. Beliau bertanya kepada Bilal : “Untuk apa ini?” Jawab Bilal : “Ya Rasulullah, kurma ini untuk persediaan kebutuhan di masa depan” Mendengar jawaban itu Nabi Muhammad saw berucap : “Apakah kau tidak takut terkena api neraka pada hari perhitungan kelak? Bagikanlah kurma itu, Bilal dan jangan takut Allah akan membiarkan kita kelaparan.”

Dalam cerita ini Nabi saw mengingatkan kita untuk senantiasa mengandalkan Allah dan tidak sekali-kali meragukan-Nya dalam memberikan rizki kepada kita. Lebih lanjut mengenai harta ini Nabi saw bersabda: 

“Barang siapa menumpuk harta melebihi kebutuhannnya berarti dia telah mengambil kematiannya sendiri tanpa disadari.”

  1. Sisa umur ini pendek, "Selagi Selera.....Makanlah", "Selagi Layak.....Pakailah", "Selagi Bermanfaat.....Belilah", "Selagi Bisa....Berbagilah", "Silaturahmi.....Lakukanlah", Nikmati hidup apa adanya.
  2. Dulu kita berusaha, untuk memiliki. Kini saatnya untuk melepas, harta, tahta, anak, istri semua akan kembali kepada-NYA. Bahagia terletak pada keikhlasan.
  3. Sehari berlalu, umur berkurang, berbuat baiklah karena kita tidak tahu kapan akan dipanggil.
  4. Hidup ini sangat singkat dalam sekejap kita mulai tua dan pasti masuk pusara.
  5. Jangan tengok ke atas akan selalu kurang, tengok ke bawah bisa merasa cukup dan syukuri apa adanya pasti bahagia. Bersyukurlah
  6. Yang terbaik adalah berbuat baik, membantu orang lain, Jangan menyakiti, latih diri dengan berbaik sangka, agar sehat lahir batin.
  7. Kasih orang tua tidak ada batas. Sadarlah, bila anak sakit, orang tua bagai teriris, bila orang tua sakit anak cuma tengok dan bertanya. Anak-anak memakai uang orang tua seperti keharusan, tetapi orang tua memakai uang anak pasti rikuh. Cukupilah diri sendiri jangan berharap pemberian anak.
  8. Rumah orang tua adalah rumah anak, tetapi rumah anak bukanlah rumah orang tua. Sadarilah.
  9. Orang tua selalu mendoakan anak, tapi anak jarang mendoakan orang tua. Maka bekali kubur kita dengan amal yang banyak, jangan bergantung pada doa anak.
  10. Kebaikan dan keburukan sebagai ujian dan tidak akan berakhir sampai kita mati. Sikapi dengan syukur dan sabar. 

Yang dapat kita persiapkan menjelang masa tua ialah segala sesuatu agar dimasa tua kita bisa semakin banyak beribadah. Untuk itu modal yang paling utama ialah kesehatan kita. Sabda Nabi Muhammad saw seperti yang diriwayatkan Ibnu Majah: Mintalah kesehatan kepada Allah, karena sesungguhnya tidak ada nikmat yang paling utama daripada nikmat kesehatan, selain keimanan” 

Dengan kesehatan kita bisa berbuat apapun, mencari nafkah kelak di waktu uzur nanti, menikmati makanan, beribadah, dan melakukan hal-hal lain yang disenangi. Bisa dibayangkan bila kita dalam keadaan sakit, semua hal disekitar kita menjadi tidak menyenangkan, kita tidak bisa menikmati makanan yang lezat, ibadah menjadi terasa berat.

Pantaslah bila nikmat kesehatan ditempatkan nomor dua setelah nikmat keimanan. Oleh karena itu sungguh tepatlah anjuran Nabi saw untuk meminta kesehatan kepada Allah. Dalam setiap shalat kita, permohonan agar diberi kesehatan menjadi bagian dari do’a bacaan shalat, yaitu ketika duduk antara 2 sujud : Ya Tuhanku, ampunilah aku, rahmatilah aku, berilah aku rizki, angkatlah derajatku, berikanlah petunjukmu, sehatkanlah aku dan maafkanlah aku. 

Permohonan kita yang terus-menerus tentunya harus didukung oleh tindakan kita menjaga kesehatan itu sendiri. Artinya, harus ada usaha kongkrit dari kita untuk menempuh cara-cara hidup sehat lahir dan bathin. Banyak nasihat-nasihat kesehatan yang sudah kita ketahui secara umum namun masih kita langgar.

Kita bisa memperbaiki diri dengan mengikuti nasihat-nasihat yang baik, misalnya : berolah raga secara teratur dan jenisnya sesuai dengan umur kita. Berhenti merokok. Mulailah makanan yang low-cholesterol dan hindari makanan yang enak secara berlebihan. Sesuaikanlah kemampuan tubuh yang semakin tua dengan beban kerja kita atau kegiatan kita. Jangan ngoyo!

Perbanyaklah kegiatan yang memperkaya bathin kita, misalnya membaca buku yang meningkatkan ilmu kita, mendengarkan musik Islami atau alunan pembacaan ayat suci Al-Qur’an. Dengan banyak membaca, akal kita semakin terasah, sehingga bisa melahirkan gagasan-gagasan baru untuk memperbanyak ibadah.

Nah, bukankah keyakinan kita kepada Allah membuat kita semakin mantap menghadapi hari tua. Jadi, sebenarnya bukan bekal untuk hari tua yang kita perlukan, namun bekal untuk akhirat. Untuk mencapai akhirat dengan selamat, maka satu-satunya cara untuk membekali diri kita ialah dengan mengikuti aturan main yang telah difirmankan-Nya dalam Al-Qur-an.

Hari tua hanyalah sebagian kecil dari perjalanan hidup manusia, yang harus dijalani dengan membekali diri dengan tindakan amal saleh. Hari tua merupakan nikmat ketiga, yaitu selain nikmat keimanan dan nikmat kesehatan tadi, yaitu nikmat kesempatan. Hari tua merupakan kesempatan yang sebaik-baiknya untuk menggandakan amal saleh menjelang kematian kita. Dengan keyakinan ini, masihkah kita harus menyiapkan bekal materi untuk hari tua? 

Bagaimana pendapat Anda?

Referensi : Dikutip dari berbagai sumber 

0 Comment "Bekal Menuju Masa Tua"

Post a Comment