Selama Ikhlas Masih Terucap, Itu Berarti Belum Ikhlas

“Ikhlas adalah menunggalkan al-Haq (Allah) dalam hal niat melakukan ketaatan, yaitu dia berniat dengan ketaatannya dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah ta’ala. Bukan karena ambisi-ambisi lain, semisal mencari kedudukan di hadapan manusia, mengejar pujian orang-orang, gandrung terhadap sanjungan, atau tujuan apapun selain mendekatkan diri kepada Allah ta’ala.” (lihatAdab al-‘Alim wa al-Muta’allim, hal. 8).

 
Di dalam hadis diceritakan, ketika Allah SWT menciptakan bumi sebagai cikal-bakal hunian manusia, para malaikat takjub karena bola bumi itu bergetar entah berapa skala Richter. Setelah Allah meletakkan gunung sebagai paku bumi, langsung bola bumi itu diam. Malaikat bertanya, "Ya Allah, masih adakah lebih hebat daripada gunung?" Allah menjawab masih ada, yaitu besi. Besi dapat meratakan bukit dan gunung. Setelah itu, malaikat bertanya, "Ya Allah, masih adakah lebih hebat daripada besi?"

Allah pun menjawab, masih ada, yaitu api. Api dapat mencairkan besi. Malaikat bertanya lagi, "Ya Allah, masih adakah yang lebih hebat daripada api?" Dijawab Allah masih ada, yakni air. Air dapat mematikan api. Setelah itu, malaikat bertanya, masih adakah yang lebih hebat daripada air. Allah kembali menjawab masih ada, yaitu angin. Angin dapat menguapkan air. Malaikat pun terus bertanya, "Masih adakah yang lebih hebat daripada angin?"

Allah menjawab masih ada, yaitu orang-orang yang menyumbang tangan kanannya tidak ketahuan tangan kirinya, yakni orang-orang yang betul-betul ikhlas. Orang-orang ikhlas (mukhlisin) memiliki power atau kekuatan yang luar biasa. Mereka lebih hebat daripada gunung, besi, api, air, dan angin. Orang-orang ikhlas menjadikan power Tuhan sebagai kekuatannya. Kebanyakan di antara mereka tidak populer di bumi, tetapi amat populer di langit.

Mereka semua merupakan selebritas langit, yang memiliki sahabat-sahabat spiritual yang bekerja dengan caranya sendiri. Jangan sekali-kali memandang enteng orang-orang ikhlas karena para pengawalnya adalah malaikat. Keikhlasan itu terbagi dua. Ada keikhlasan yang diupayakan oleh orang. Dengan kata lain, masih belum menjadikannya sebagai kebiasaan, orangnya disebut mukhlish.

Ada juga keikhlasan yang sudah menjadi habit dan kebiasaan seseorang. Maka orang ini disebut mukhlash, jamaknya mukhlashun. Mukhlish masih terpengaruh oleh faktor eksternal dan sewaktu-waktu masih bisa kemasukan unsur riya.Terutama, saat seseorang menikmati banjir pujian terhadap prestasinya. Orang ini juga masih suka menyebut kebaikan dan prestasinya walaupun dengan niat untuk mendidik. Namun yang kedua, tidak bergeming sedikit pun dengan faktor dari luar.

Bukan dia yang berusaha untuk ikhlas, melainkan Tuhan yang proaktif untuk mengikhlaskannya. Kalau dipuji, dia bersedih dan dalam hati mengatakan, "Ampuni mereka, ya Allah karena bukan aku yang pantas untuk dipuji karena semuanya ini karena Engkau dan hanya Engkaulah satu-satunya yang pantas untuk menerima pujian." Begitu hebatnya orang-orang yang mencapai derajat mukhlashun. Iblis pun angkat tangan, tidak sanggup untuk menggoda mereka, seperti firman Allah SWT.
.
Iblis berkata, "Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan maksiat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba Engkau yang ikhlas (al-mukhlasun) di antara mereka." (QS al-Hijr [15]:39-40)
"Sesungguhnya wanita itu telah bermaksud (melakukan perbuatan itu) dengan Yusuf dan Yusuf pun bermaksud (melakukan pula) dengan wanita itu andai kata dia tiada melihat tanda (dari) Tuhannya. Demikianlah, agar Kami memalingkan daripadanya kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu termasuk hamba-hamba Kami yang terpilih (al-mukhlashun)." (QS Yusuf [12]:24).

Orang yang sudah sampai di tingkat mukhlashin berarti sudah memiliki kemungkinan untuk muncul keajaiban di dalam dirinya sebab tidak mungkin orang itu sampai ke tingkat mukhlashin tanpa kedekatan diri dengan Tuhannya. Hati-hatilah terhadap orang seperti ini karena kalau tersinggung, Tuhannya akan tersinggung.

 
                                                                                                           ﻣَﻦْ ﺳَﻤَّﻊَ ﺳَﻤَّﻊَ ﺍﻟﻠﻪُ ﺑِﻪِ . ﻭَﻣَﻦْ ﻳُﺮَﺍﺋِﻲْ ﻳُﺮَﺍﺋِﻲ ﺍﻟﻠﻪُ ﺑِﻪ
“Barangsiapa memperdengarkan (menyiarkan) amalnya, maka Allah akan menyiarkan aibnya, dan barangsiapa beramal karena riya’, maka Allah akan membuka niatnya (di hadapan orang banyak pada hari Kiamat)”. [HR Bukhari no. 6499 dan Muslim no. 2987 dari sahabat Jundub bin Abdillah].
atau dengan kata lain, 
"Ikhlas itu seperti Surat Al-Ikhlas,  Yang didalamnya tidak ada kata Ikhlas. Selama Ikhlas masih terucap, itu berarti belum ikhlas. Karena hanya dia yang ikhlas yang senantiasa berbuat tanpa pernah menyebut keikhlasannya".

  
Surah Al-Ikhlas :
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَـٰنِ الرَّحِيمِ
قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ ﴿١﴾ اللَّهُ الصَّمَدُ ﴿٢﴾ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ ﴿٣﴾ وَلَمْ يَكُن لَّهُ كُفُوًا أَحَدٌ ﴿٤﴾
Qul huwa allaahu ahad(un), allaahu alshshamad(u), lam yalid walam yuulad(u), walam yakullahu kufuwan ahad(un).

Translate:
1). Say : He is Allah , the One!
2). Allah , the eternally Besought of all!
3). He begetteth not nor was begotten
4). And there is none comparable unto Him

Artinya:
1). Katakanlah : Dia-lah Allah, Yang Maha Esa
2). Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu
3). Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan
4). Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia

Ikhlas akan datang dari niat yang baik, dan niat yang baik datangnya dari hati yang bersih. Maka marilah kita senantiasa membersihkan hati-hati kita dari debu kemaksiatan, luruskan niat ketika hendak beramal, maka yang tercipta dan akan terasa manis buahnya adalah sebuah keikhlasan.


Sangat sederhana bukan, tapi bisakah kita melakukannya….??? 

Sumber : beranda kita,  jnukmi.uns.ac.id, gagaje, masshar2000.com dan lain sebagainya.

0 Comment "Selama Ikhlas Masih Terucap, Itu Berarti Belum Ikhlas"

Post a Comment