Islam Kembali Asing, Apakah Masa Itu Sudah Tiba Dan Kita Sedang Terlibat Di Dalamnya?

Kalau kita sendirian di kampung, menjalankan Islam, akan merasa seperti orang yang terasing. Kalau kita berjenggot di kantoran, juga terasing. Kalau kita bercelana cingkrang, juga terasing. Kalau di antara wanita ada yang menutup aurat sempurna bahkan sampai mengenakan cadar, kian terasing. Bahkan berakhlak jujur, ingin mengikuti ajaran sesuai tuntunan Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahkan ingin menjauhi kesyirikan, sama halnya kian terasing. Itulah keterasingan Islam saat ini. Namun tak perlu khawatir, berbanggalah menjadi orang yang asing selama berada dalam kebenaran. Thuba lil ghurobaa


Sesungguhnya umat islam telah terdampar di persimpangan jalan, mereka hidup dalam kesengsaraan yang tidak pernah disaksikan oleh sejarah islam, telah berlalu banyak krisis dan bencana yang silih berganti. Hal ini dikarenakan umat islam sekarang berada pada kondisi yang lemah dan jauh dari syariat Allah ta’ala yang kokoh. Akibatnya kita dapatkan kaum muslimin sekarang kehilangan sebagian negeri atau harta mereka. Mereka hidup dalam keadaan bimbang, keguncangan, ketakutan dan rasa was-was. Islam datang pada masa jahiliyah dalam keadaan asing, dan telah datang masanya di mana islam saat ini dirasakan asing oleh pemeluknya. 

Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
بَدَأَ الإِسْلاَمُ غَرِيبًا وَسَيَعُودُ كَمَا بَدَأَ غَرِيبًا فَطُوبَى لِلْغُرَبَاءِ
“Islam dimulai dalam keadaan asing dan akan kembali asing sebagaimana awalnya, maka thuuba (beruntunglah) orang-orang yang asing”. (HR. Muslim no 145).

Al Qadhi ‘Iyadh menyebutkan makna hadits di atas sebagaimana disebutkan oleh Imam Nawawi,
أَنَّ الإِسْلام بَدَأَ فِي آحَاد مِنْ النَّاس وَقِلَّة ، ثُمَّ اِنْتَشَرَ وَظَهَرَ ، ثُمَّ سَيَلْحَقُهُ النَّقْص وَالإِخْلال ، حَتَّى لا يَبْقَى إِلا فِي آحَاد وَقِلَّة أَيْضًا كَمَا بَدَأَ
“Islam dimulai dari segelintir orang dari sedikitnya manusia. Lalu Islam menyebar dan menampakkan kebesarannya. Kemudian keadaannya akan surut. Sampai Islam berada di tengah keterasingan kembali, berada pada segelintir orang dari sedikitnya manusia pula sebagaimana awalanya". (Syarh Shahih Muslim, 2: 143)

Makna Asing
Definisi asing dalam hadits di atas bukanlah mutlak diberikan bagi seorang yang tampil beda di tengah masyarakatnya. Akan tetapi, asing di sini bermakna seorang muslim yang melaksanakan syariat Islam dengan benar ketika masyarakat melupakannya. Ketika ia melaksanakannya, masyarakat di sekitarnya mengingkarinya bahkan menentangnya. Makna asing di sini dijelaskan dalam hadits lain bahwasanya mereka adalah: “orang-orang yang berbuat kebajikan ketika manusia rusak”, dan dalam riwayat lain mereka adalah: “orang-orang shalih di antara banyaknya orang-orang yang buruk, orang yang menyelisihi mereka lebih banyak dari yang mentaati mereka”.


Makna Thuuba
Thuuba dalam hadits di atas ditafsirkan secara berbeda, sebagian ulama menafsirkannya dengan nama pohon di surga, sebagian mengatakan ia adalah kebaikan yang banyak, sebagian mengatakan ia adalah surga. Akan tetapi, semua makna tersebut adalah benar. Seorang muslim yang teguh di atas agamanya, berpegang pada tuntunan Nabinya yang suci di saat manusia sudah melupakan tuntunan tersebut, walaupun dia dicela, dihina, diasingkan karena melaksanakan agama Allah maka Dia akan menyiapkan baginya kebaikan yang sangat banyak.


Ahlussunnah adalah Kelompok Terasing
Ahlus Sunnah adalah orang-orang yang menghidupkan sunnah-sunnah Rasulullah dalam seluruh perkara, baik dalam ibadah, perilaku, dan dalam segala bidang kehidupannya. Oleh karena itu, biasanya mereka menjadi orang-orang yang dipandang asing di tengah masyarakatnya dikarenakan mereka menghidupkan sunnah yang sebelumnya belum dikenal atau mereka menyelisihi adat istiadat setempat yang berseberangan dengan syari’at. Maka Ahlus Sunnah adalah kelompok terasing.


Para ulama biasa mensifati Ahlus Sunnah dengan keterasingan dan jumlah yang sedikit. Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah berkata kepada sahabat-sahabat beliau, “Wahai Ahlus Sunnah, lemah lembutlah kalian semoga Allah ta’ala merahmati kalian, karena kalian termasuk orang-orang yang paling sedikit”. Yunus bin Ubaid rahimahullah berkata, “Tidak ada satupun yang lebih asing dari As-Sunnah dan orang yang mengenalnya”. Sufyan At-Tsauriy rahimahullah berkata, “Berbuat baiklah kepada Ahlus Sunnah karena mereka adalah orang-orang asing”.

Sunnah yang dimaksudkan di atas bukanlah sebagaimana pengertian menurut ulama fiqh, yaitu sesuatu yang apabila dikerjakan mendapatkan pahala dan apabila ditinggalkan tidak mendapat dosa. Namun yang dimaksud para ulama di atas dengan sunnah adalah jalan hidup Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam beragama. Itulah jalan yang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya berada di atasnya yaitu jalan yang terbebas dari segala bentuk syubhat (virus pemikiran) dan syahwat (virus menginginkan hal-hal yang Allah larang). Jadi tepatlah pengertian Ahlus Sunnah yang dikatakan Al-Fudhail bin Iyaadh yaitu mereka adalah orang yang mengerti tentang barang-barang halal apa saja yang masuk ke perutnya. Karena memakan barang-barang yang halal merupakan perkara sunnah paling penting yang dipegangi oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya.

Keterasingan Islam Saat Ini
Akan tiba suatu masa, ketika Islam kembali menjadi asing, seperti ketika dulu pertama kali diperkenalkan oleh Rasulullah. Akan tiba masa, ketika umat membela maksiat dan memusuhi kebaikan. Akan tiba masa, ketika kebaikan diangggap aneh dan memalukan, sedangkan kemaksiatan dianggap biasa, keren dan modern
Akan tiba masa, ketika umat penuh semangat mengerjakan bid’ah, dan malas-malasan menerapkan sunnah. Akan tiba masa, ketika orang yang menerapkan ajaran Islam disebut sesat, sedangkan orang yang mengerjakan kemungkaran dipuja-puja. Akan tiba masa ketika tokoh-tokoh yang jauh dari agama dipuja-puja, sementara para ulama dicaci-maki. Akan tiba masa, ketika aliran sesat dibela-bela, namun Islam yang lurus disebut fundamentalis, teroris, dan sebagainya. Akan tiba masa, ketika umat lebih percaya kepada tradisi ketimbang dalil Al Quran dan Hadits. Akan tiba masa, ketika umat marah dan ngamuk-ngamuk saat tokoh idola mereka dikritik. Tapi mereka santai saja ketika Rasulullah dihina. Akan tiba masa… ah… apakah masa itu sudah tiba dan kita sedang terlibat di dalamnya?

Saudaraku, saat ini telah terlihat bagaimana kebenaran sabda Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam di atas. Kaum muslimin saat ini yang sudah jauh dari agamanya membolehkan berbagai perkara yang sudah jelas-jelas dilarang oleh Allah dan Rasul-Nya dan melarang perkara yang Allah dan Rasul-Nya perbolehkan. Lihatlah contohnya perkara zina yang jelas-jelas dilakukan di depan umum dan disebarluaskan. Masyarakat malah membiarkan perbuatan ini, bahkan menyanjungnya pelakunya karena dia telah mengakui kesalahannya. Sedangkan orang yang melakukan perbuatan yang jelas-jelas halalnya dalam syari’at ini yaitu poligami malah dihujat, dicela bahkan dituduh sebagai orang yang memperturutkan hawa nafsunya, wal’iyudzu billah. Inilah keterasingan Islam saat ini.
 
Semoga kita tetap berada di jalan yang lurus, yang sesuai Al Quran dan Sunnah, walau semua orang berkata kita gila, aneh, teroris, fundamentalis, dan sebagainya. Wahai Dzat yang membolak-bolakkan hati, tetapkan hati kami diatas agama-Mu, wahai dzat yang memalingkan hati, palingkan hati kami pada ketaatan kepada-Mu.

Sumber : salafymuda, rumaysho, islampos

0 Comment "Islam Kembali Asing, Apakah Masa Itu Sudah Tiba Dan Kita Sedang Terlibat Di Dalamnya?"

Post a Comment