Sebab Jatuhnya Andalusia, Jangan Sampai Terjadi Di Indonesia !!!

Pemimpin muslim terakhir di Andalusia (Spanyol), Abdillah Muhammad bin Al Ahmar, keluar dari istana kerajaan dengan hina. Malam itu, Andalusia telah jatuh ke tangan kerajaan katolik setelah berada di bawah kekuasaan Islam selama lebih dari 800 tahun.

Kini, ia tinggalkan istana dengan hati pilu. Dadanya sesak, hingga sampai di sebuah bukit yang cukup tinggi. Dari sana ia menatap Istana Al Hambra. Ia menangis tersedu-sedu hingga jenggotnya basah kuyup dengan air mata. Melihat hal itu, ibu nya berkata, "Menangislah! Menangislah seperti perempuan! Karena kau tidak mampu menjaga kerajaanmu sebagaimana laki-laki perkasa !". Kekuasaan Islam berakhir di Andalusia. Dan belum pernah bangkit lagi hingga detik ini. Umat Islam disana diberi pilihan : Masuk kristen, dibunuh atau diusir.


Tau apa penyebab jatuhnya Andalusia ?
1. Cinta Dunia
Setiap manusia memiliki ambisi dan cita-cita dalam hidupnya. Mungkin di antara kita seringkali berfikir untuk menambah kekayaan kita, berfikir apa yang akan kita makan untuk esok hari, berfikir untuk masa depan anak-anak, berfikir untuk mendapatkan jabatan, berfikir untuk masa depan yang sejatinya singkat, yaitu kehidupan di dunia.

Namun, sering kita lalai dari memikirkan dan bercita-cita untuk hari yang lebih jauh, hari-hari di kehidupan yang kekal, yaitu kehidupan di akhirat. Setiap muslim hendaknya memikirkan bagaimana kondisi imannya saat ini? Apa yang telah ia siapkan untuk menghadapi hari akhirat nanti?

Salah satu hal yang sangat membahayakan keimanan seorang muslim adalah cinta dunia. Karena cinta dunia, maka seorang petani membanting tulang mati-matian untuk urusan pertaniannya, seorang pedagang rela berhutang di Bank demi kelancaran usahanya. Apakah mereka sudah melakukan hal yang sama untuk urusan agamanya? Jika tidak, maka ada indikasi penyakit Al-Wahn (cinta dunia) di dalam dirinya. Bahaya cinta dunia sangatlah besar, sampai-sampai hal tersebut bisa menyebabkan seseorang kafir dan menjual agamanya. Na’udzubillahi min dzalik.

2. Meninggalkan Jihad
Jika kalian telah berjual beli dengan sistem inah, mengikuti ekor sapi, rela dengan pertanian, serta meninggalkan jihad (di jalan Allah), niscaya Allah akan menjadikan kehinaan menguasai kalian, Dia tidak akan mencabutnya dari kalian, hingga kalian kembali kepada agama kalian.” (Sahih, diriwayatkan oleh Abu Dawud)

Imam Ibnu An-Nuhas, berkata tentang hadits tersebut, “Makna hadits tersebut bahwa jika orang meninggalkan jihad dan lebih sibuk dalam pertanian atau semacamnya, akibatnya musuh akan memegang kekuasaan atas mereka karena kurangnya kesiapan dan persiapan untuk menghadapi kewajiban yang luar biasa tersebut. Hal ini juga karena mereka telah mapan dengan kondisi mereka (yakni, kemewahan, pelayanan, kenyamanan).

Jadi, Allah membuat mereka dipermalukan dan terhina oleh musuh sejauh mereka tidak dapat membebaskan diri dari keduniaan itu sampai mereka kembali kepada apa yang diwajibkan atas mereka; memerangi orang kafir, bersikap keras terhadap mereka, mendirikan agama, mendukung Islam dan Muslim, meninggikan kalimat Allah, dan merendahkan kekafiran dan orang-orangnya.

Dan ucapan beliau, “hingga kalian  kembali kepada agama kalian” menunjukkan bahwa berpaling dari jihad dan lebih memilih dunia sebenarnya adalah meninggalkan agama itu sendiri dan memisahkan darinya. Dan itu sudah cukup sebagai dosa dan kesalahan yang nyata. (Mashâri Al-Ashwâq, 106).

Hadits tersebut juga menunjukkan bahwa upaya para dai harus ditujukan pada pengembalian ibadah jihad dan memicu orang untuk memenuhinya. Karena jihad adalah pintu gerbang yang sah (syar’i) untuk hal-hal yang harus dikoreksi dan dibawa kembali ke kondisi semula mereka, sehingga agama ini dihormati, kekafiran dipermalukan, Islam menyebar dan syirik tercabik-cabik.

3. Berkubang Kemaksiatan
Tengoklah mata kita. Adakah ia sudah terkendali? Ada wanita berlalu di hadapan, mata serta-merta menatap dan mendadak merasa sulit dipalingkan. Hati berbisik bahwa itu perbuatan dosa dan harus dihindari, namun celakanya keadaan itu malah dinikmati. Duduk di depan televisi dengan menonton tayangan yang menampilkan wanita dengan pakaian yang terbuka auratnya. Hati kecil mungkin segera memaki; "Ini dia tayangan yang merusak moralitas generasi muda", akan tetapi bersungut-sungut seperti itu justru seraya ada kegembiraan sedikit. Dan Allah tahu kegembiraan yang terlintas sesaat seperti itu. Kalau mata hingga saat ini masih belum terpelihara juga, ya tidak usahlah kita bertanya mengapa pertolongan-Nya tak jua tiba.

Tengok pula mulut dan telinga kita, apakah mulut sudah banyak melukai hati orang lain? Apakah telinga kita masih suka mendengar kejelekan dan aib-aib orang lain? Tidak usah heran bila jarak antara pertolongan Allah dengan kita jauh. Karena, justru kita sendiri yang merenggangkannya.

Walhasil, segala perilaku miring di atas dan yang sejenisnya, baik ringan ataupun berat tak diragukan lagi adalah maksiat. Karenanya kalau ada yang harus segera kita lakukan saat ini adalah tebas habis segala maksiat. Niscaya engkau akan menyaksikan bukti bahwa pertolongan Allah Azza wa Jalla itu ternyata amat dekat.

4. Menyerahkan Urusan Bukan Pada Ahlinya
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Jika amanat telah disia-siakan, tunggu saja kehancuran terjadi.” Ada seorang sahabat bertanya; ‘bagaimana maksud amanat disia-siakan? ‘ Nabi menjawab; “Jika urusan diserahkan bukan kepada ahlinya, maka tunggulah kehancuran itu.” (BUKHARI – 6015).

Sungguh benarlah ucapan Rasulullah sholallahu’alaihi wa sallam di atas. “Jika amanat telah disia-siakan, tunggu saja kehancuran terjadi.” Amanah yang paling pertama dan utama bagi manusia ialah amanah ketaatan kepada Allah, Pencipta, Pemilik, Pemelihara dan Penguasa alam semesta dengan segenap isinya. Manusia hadir ke muka bumi ini telah diserahkan amanah untuk berperan sebagai khalifah yang diwajibkan membangun dan memelihara kehidupan di dunia berdasarkan aturan dan hukum Yang Memberi Amanah, yaitu Allah subhaanahu wa ta’aala.

5. Bodoh Dalam Hal Agama
عن ابن مسعود وَأَبِي مُوسَى رضي الله عنهما قَالا: قال النبي صلى الله عليه وسلم:إِنَّ بين يَدَيْ السَّاعَةِ لأيَّامًا يَنْزِلُ فيها الْجَهْلُ وَيُرْفَعُ فيها الْعِلْمُ وَيَكْثُرُ فيها الْهَرْجُ وَالْهَرْجُ الْقَتْلُ).
Artinya: “Abdullah bin Mas’ud dan Abu Musa Al Asy’ary radhiyallahu ‘anhuma, keduanya berkata: “Nabi Muhammad shallallahu  ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya di hadapan kiamat benar-benar ada hari-hari yang akan turun di dalamnya kebodohan dan diangkat di dalamnya ilmu dan akan banyak terjadi di dalamnya al Harju (pembunuhan). HR. Bukhari.

عن أَنَسِ رضي الله عنه قال: قال رسول اللَّهِ صلى الله عليه وسلم: إِنَّ من أَشْرَاطِ السَّاعَةِ أَنْ يُرْفَعَ الْعِلْمُ وَيَثْبُتَ الْجَهْلُ وَيُشْرَبَ الْخَمْرُ وَيَظْهَرَ الزِّنَا)
Artinya: “Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya dari tanda kiamat adalah akan diangkatnya ilmu, ditetapkannya kebodohan, diminumnya khamr dan terlihatnya (terbiasa) perzinahan.” HR. Bukhari dan Muslim.

Orang yang jahil dalam perkara agama disebabkan karena ketidakpeduliannya terhadap perkara agama padahal dia berada di daerah yang terdapat orang yang berilmu dan memungkinkan baginya untuk bertanya tentang perkara agama yang tidak diketahuinya. Dia juga pada dasarnya adalah orang yang tidak mencintai dan menginginkan kebenaran. Maka orang yang seperti ini keadaannya tidak diberikan uzur (maaf) atas kejahilannya.

Orang yang jahil dalam perkara agama karena bertempat tinggal di daerah yang tidak ada orang yang memahami tentang perkara agama (seperti daerah pelosok dan pedalaman) yang bisa dijadikan sebagai tempat bertanya. Ataupun sama sekali tidak terlintas di pikirannya bahwa apa yang dilakukannya adalah haram sehingga dia tidak bertanya, sedangkan dirinya adalah termasuk orang-orang yang mencintai agama dan menginginkan kebenaran. Orang yang seperti ini keadaannya diberikan uzur (maaf) atas kejahilannya.

Maka orang jahil ada dua jenis: Pertama: Orang jahil yang menginginkan kebenaran. Kedua: Orang jahil yang tidak menginkan kebenaran. Orang yang tidak menginginkan kebenaran tidaklah mendapatkan uzur, bahkan meskipun dia tidak mampu untuk sampai kepada ilmu, karena dia (pada dasarnya memang) tidak menginginkan kebenaran. Adapun orang yang ingin mengetahui kebenaran, apabila dia mencari kebenaran tapi tidak berhasil mendapatkannya maka dia dimaafkan.
Bayangkan jika Indonesia nanti telah jatuh total ke tangan orang kafir, pemuda Islam menangis dan ibu-ibu mereka berkata, "Menangislah seperti perempuan!, Karena kita tidak bisa menjaga bangsa ini sebagaimana seorang laki-laki perkasa!
Maka bersiaplah Kita sebagai pemuda Islam. Pelajari baik-baik 5 faktor di atas. Karena sebab-sebab kejatuhan itu akan selalu sama...
Wallahu'alam... 
Sumber : dikutip, diambil dari berbagai sumber yang sudah ada.

0 Comment "Sebab Jatuhnya Andalusia, Jangan Sampai Terjadi Di Indonesia !!!"

Post a Comment